NAMA : HILMAN NUGRAHA
KELAS : 1KA31
NPM : 13112481
BAB
3 : INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
A. Pertumbuhan Individu
1.
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu
“individium” yang artinya “tidak terbagi”. Dalam ilmu sosial paham individu,
menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan
dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu
sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat
disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik
dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek
organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek
tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek
lainnya.
Berkaitannya antar individu dengan individu
lainnya, maka menjadi lebih bermakna manusia apabila pola tingkah lakunya
hampir identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang
meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampao pada dirinya sendiri,
disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka
individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan
hidup, yang akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu
masayarakat. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga
kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan
individualitasnya. Kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi
masyarakat. (Hartomo, 2004: 64). Dengan demikian manusia merupakan mahluk
individual tidak hanya dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan
pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan kecakapannya.
Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran
dan diri. Dimana individu sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi,
menetapkan aksi dari luar dan dalam dirinya. Dapat diartikan sebagai proses
komunikasi individu dalam berinteraksi dan berhubungan.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya
suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan dimana
individu tersebut berusaha menempatkan prilaku pada dirinya sesuai dengan norma
dan kebudayaan lingkungan tersebut , seperti di indonesia individunya
menjunjung tinggi prilaku sopan santun, dan beretika dalam bersosialisasi.
Individu selalu berada didalam kelompok, peranan
kelompok tersebut adalah untuk mematangkan individu tersebut menjadi seorang
pribadi. Dimana prosesnya tergantung terhadap kelompok dan lingkungan dapat
menjadi faktor pendukung proses juga dapat menjadi penghambat proses menjadi
suatu pribadi. Faktor pendukung dan faktor penghambat juga dapat berdasarkan
individu itu sendiri.
2.
Pengertian Pertumbuhan
Walaupun masih terdapat
perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan itu
adalah suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.
Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan
pada dasarnya adalah proses asosiasi. Maksud proses asosiasi yaitu terjadinya
perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari
pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sensations
maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan
reflexionis.
Lain halnya dengan pendapat dari aliran psikologis Gestalt tentang pertumbuhan.
Menurut para ahli dan aliran ini bahwa pertumbuhan adalah proses diferensiasi.
Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian
hanya mempunyai arti sebagai bagian keseluruhan dalam hubungan fungsional
dengan bagian-bagian yang lain.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota
tubuh yang utuh seperti kepala, tangan , kaki dan lainya. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada
warisan biologis yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada
yang memiliki karakteristik fisik yang sama.
2. Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa
kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu
bisa berjalan dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap individu yang
baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan
baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak
baik pula.
3. Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian
anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat
yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
B. Fungsi Keluarga
1.
Pengertian Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah
suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam
atau diluar oleh keluarga itu.
2.
Macam-macam Fungsi Keluarga
Pekerjaan –
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/ dirinci
ke dalam beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi
Biologis
Persiapan
perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak anaknya dapat
berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri,
pengetahuan untuk mengurus rumah tangga bagi ang isteri, tugas dan kewajiban
bagi suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain. Setiap manusia
pada hakiaktnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup
keturunannya, melalui perkawinan.
b. Fungsi
Pemeliharaan
Keluarga
diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari
gangguan-gangguan.
c. Fungsi
Ekonomi
Keluarga berusaha
menyelenggarakan kebutuhan pokok manusia, yaitu:
1. Kebutuhan
makan dan minum
2. Kebutuhan
pakaian untuk menutup tubuhnya
3. Kebutuhan
tempat tinggal.
Berhubungan
dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan
untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan
minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
d. Fungsi
Keagamaan
Keluarga
diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama
dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Fungsi
Sosial
Dengan
fungsi ini kebudayaan yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah dimiliki
oleh generasi tua, yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam
bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang
baik burukna perbuatan dan lain-lain.
Dengan
fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal
selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh
masyarakat serta mempelajari peranan-perananyang diharapkan akan mereka
jalankan keak bila dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan
istilah sosialisasi.
Dalam buku
Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara, dikatakan bahwa
fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a.
Pembentukan kepribadian;
b. Sebagai
alat reproduksi;
c. Keluarga
merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat
d. Sebagai
lembaga perkumpulan perekonomian.
e. Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan
C.
Individu,
Keluarga dan Masyarakat
1. Pengertian
Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapaorang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan salingketergantungan.
Menurut
Salvicion dan Ara Celis (1989) :Keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing dan menciptakan sertamempertahankan suatu kebudayaan.Dari
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :
-
Unit terkecil dari masyarakat
-
Terdiri atas 2 orang atau lebih
-
Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
-
Hidup dalam satu rumah tangga
-
Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
-
Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
-
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
-
Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan
2.
Pengertian Masyarakat
Berikut
pengertian masyarakat menurut beberapa ahli :
Selo Soemardjan, Masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut J.L. Gilin dan J.P. Gilin, Masyarakat adalah
kelompok yang tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.
Max Weber menjelaskan pengertian masyarakat sebagai suatu
struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai
yang dominan pada warganya.
Menurut sosiolog Emile Durkheim, masyarakat adalah suatu
kenyataan objektif
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Karl Marx berpendapat bahwa Masyarakat adalah suatu
struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena
adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
Masyarakat menurut M.J. Herskovits adalah kelompok
individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
Koentjaraningrat (1994) menjabarkan definisi masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas
yang sama.
Ralph Linton (1968), masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu
membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu
kesatuan sosial.
3.
2 Golongan Masyarakat
Dalam perkembangan dan
pertumbuhannya masyarakat dapata
digolongkan menjadi :
1)
Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana
(primitive) pola
pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis
kelamin. Pembagian kerja
berdasarkan jenis kelamin, nampaknya
berpangkal tolak dari
latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan
fisik antara seorang
wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-
tantangan alam yagn buas
saat itu.
2)
Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelomok
sosial, atau lebih
dikenal dengan sebuatan kelompok organisasi
kemasyarakatan yang
tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
serta tujuan tertentu yang
akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat
maju, dapat dibedakan :
a.
Masyarakat non industri. Secara garis besar, kelompok ini dapat
digolongkan menjadi gua golongan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggotanya terjadi lebih intensif, lebih
erat, lebih akrab. Kelompok ini disebut juga kelompok face to face group. Sifat
interaksi bercirak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja
atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik berakan pada kesadaran,
tanggungjawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara
sukarela. Dalam kelompok sekunder terpaut saling hubungan tidak langsung,
formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu sifat
interaksi,pembagian kerja, diatur atas dasar pertimbangan-pertimbagnan rasional
obyektif. Para anggota menerima pembagian kerja atas dasar kemampuan / keahlian
tertentu, disamping dituntut target dan tujuan tertentu yang telah ditentukan.
b.
Masyarakat Industri. Contoh tukang roti, tukang sepatu, tukang
bubut, tukang las
4.
Perbedaan Masyarakat Industri Dengan Masyarakat Non-Industri
Kita
telah tahu secara garis besar bahwa , kelompok nasional atau organisasi
kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok
primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
(a) Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih
erat, lebih akrab. Di karenakan para anggota kelompok sering berdialog,
bertatap muka, sehingga mereka mengenal lebih dekat, lebih akrab.
dalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan
simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima serta
menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran,
tanggung jawabpara anggota dan berlangsung atas dasar rasasimpati dan secara
sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain :keluarga, rukun tetangga, kelompok
belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b) Kelompok sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak Iangsung, formal,
juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karen yaitu, sifat interaksi, pembagian
kerja, pembagian kerja antaranggota kelompok di atur atas dasar
pertimbangan-pertimbangan rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan;
keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan
untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam
program-program yang telah sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok
sekunder, misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh,
organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari pengertian resmi dan
tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group) atau lebih
akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal group).
Inti perbedaan yang terjadi adalah : Kelompok tidak resmi (informal group)
tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja,
peranan-peranan serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu sebagai pedoman
tingkah laku para anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi hal ini tidak
dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok resmi (W.A.
Gerungan, 1980 : 91).
Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak
resmi.
(2) Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembangian kerja sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi
is lebih cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana
dan yang kompleks. Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua eksterm
tadi diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982 : 190).
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakintinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan
antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah men2enal pengkhususan.Otonomi
sejenis, juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri.
Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki
seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli
mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri.
Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif
untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks
pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu
masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan
tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya
individualisme.
D.
Hubungan
antara Individu, Keluarga dan Masyarakat
1.
Makna Individu
Makna Individu : Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan
atau kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan mata, telinga,
tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia dapat
mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyai rasa keindahan,
rasa estetis dalam individunya.
2.
Makna Keluarga
Makna Keluarga : Sekumpulan orang yang saling memiliki keterikatan hubungan
darah dalam keturunan atau perkawinan dan saling membutuhkan satu sama lain
yang terdiri dari Ayah, Ibu, Anak, dll.
3.
Makna Masyarakat
Makna Masyarakat : Makna masyarakat yaitu merupakan istilah yang
digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama.
Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara
pelbagai individu. Dari segi pelaksanaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat -
atau tidak dibuat - oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam
pengkajian sains sosial.
4.
Hubungan antara Individu, Keluarga dan
Masyarakat
Aspek individu, keluarga,
masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan.
Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada
keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di
pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan
kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai
potensinya sebagai manusia.
E. Urbanisasi
1.
Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi adalah
proses perpindahan dari desa menuju ke kota yang di lakukan oleh masyarakat.
2.
Proses Urbanisasi
Pertama,
pemerintah berkeinginan untuk sesegera mungkin meningkatkan proporsi penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa
meningkatnya penduduk daerah perkotaan akan berkaitan erat dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi negara. Data memperlihatkan bahwa suatu negara atau daerah
dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi, juga memiliki tingkat urbanisasi
yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Negara-negara industri pada umumnya memiliki
tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang
sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40
persen saja.
Kedua,
terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau tidak terkendali, dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali
atau tidaknya proses urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran primacy rate,
yang kurang lebih diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota terbesar pada
suatu negara atau wilayah terhadap kota-kota di sekitarnya. Makin besar tingkat
primacy menunjukkan keadaan yang kurang baik dalam proses urbanisasi. Sayangnya
data mutahir mengenai primacy rate di Indonesia tidak tersedia.
BAB
4 : PEMUDA DAN SOSIALISASI
A. Internalisasi Belajar dan Spesialisasi
1.
Pengertian Pemuda
Pemuda ialah kita
ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu
dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini merupakan pengertian idiologis dan
kultural daripada pengertian ini. Di dalam masyarakat pemuda merupakan satu
identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber
insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat
diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
2.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu
melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan
berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam
sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan
Sosialisasi.
3.
Pengertian Internalisasi Belajar dan
Sosialisasi
Internalisasi belajar adalah proses norma-norma
kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja,akan tetapi
mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota
masyarakat. Norma-norma ini kadang dibedakan antara norma-norma ;
-
Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma
kepercayaan yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.
-
Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup
kaidah kesopanan dan kaidah hukum serta mempunyai tujuan agar manusia
bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian hidup.
4.
Pengertian Proses Sosialisasi
-
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan,
saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk
untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna
kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami
secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
-
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang
anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk
kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan
sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa
yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk
menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai
terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap
penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi
seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant
other)
-
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan
digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan
sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya
tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja
sama dengan teman-temannya. Pada tahap
ini lawan berinteraksi semakin
banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai menyadari bahwa ada norma tertentu
yang berlaku di luar keluarganya.
-
Tahap penerimaan norma
kolektif (Generalized
Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat
bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya
tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya
peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak
dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini
telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
5.
Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda
Dalam Masyarakat
Peranan Sosial Mahasiswa bisa dikatakan pemuda yang
aktif dan berintelektual yang akan berperan sebagai generasi yang diharapkan
akan meneruskan generasi sebelumnya, yang akan membangun negaranya menjadi
lebih baik (maju). Sedangkan Pemuda adalah sesorang Individu atau kelompok yang
berperan aktif didalam masyarakat dan bisa dikatakan
Mahasiswa atau tidak, karena belum semua pemuda yang berintelektual
mampu secara ekonomi untuk menjenjang pendidikan yang lebih tinggi, karna biaya
pendidikan yang semakin mahal. Bisa dikatakan Pemuda memiliki Sosialisasi
yang tinggi yang dapat berperan penting dilingkungan masyarakat kuhususnya
bersosialisai untuk menjadi penengah didalam lingkungan sekitar maupun secara luas.
B. Pemuda dan Identitas
1.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan
Generasi Muda
Pola dasar pembinaan
dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dalam Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan nomor : 0323/U/1978 tanggal 28
oktober 1978. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan
dalam poenanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga
pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai
sasaran dan tujuan yang dimaiksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :
1. Landasan Idiil : Pancasila
2. Landasan Konstitusional : Undang-undang dasar 1945
3. Landasan Strategi : Garis-garis Besar Haluan Negara
4. Landasan Histories : Sumpah Pemuda dan Proklamasi
5. Landasan Normatif : Tata nilai ditengah masyarakat.
Motivasi asas pembinaan dan pengembangan generasi muda bertumpu pada strategi
pencapaian tujuan nasional, seperti disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinia
IV.
Atas dasar kenyataan ini, diperlukan penataan kehidupan pemuda sehingga mereka
mampu memainkan peranan yang penting dalam masa depan sekalipun disadari bahwa
masa depan tersebut tidak berdiri sendiri. Masa depan adalah lanjutan masa
sekarang, dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, pembinaan
dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap
masa datang sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa datang
membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi lingkungan untuk
merelevansikan partisipannya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk
itu, kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan
faktor penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki
masa datang.
Tanpa ikut sertanya generasi muda, tujuan pembangunan ini sulit tercapai. Hal
ini bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar,
tetapi tanpa kegairahan dan kreativitas mereka, pembangunan jangka panjang
dapat kehilangan keseimbangannya.
Apabila pemuda masa sekarang terpisah dari persoalan masyarakatnya, sulit
terwujud pemimpin masa datang yang dapat memimpin bangsanya sendiri.
2.
Dalam hal ini, pembinaan dan
pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu :
1. Generasi muda
sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki
bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan ketrlibatannya pun secara
fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi bangsa.
2. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kea rah pertumbuhan potensi dan
kemampuan ketingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang
melibatkan secara fungsional.
3.
Masalah-Masalah Generasi Muda
Berbagai permasalahan
generasi yang muncul pada saat ini antara lain :
a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan
nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap
masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan
fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah
putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga
merugikan bangsa.
d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi
muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan
berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan,
dan pertumbuhan.
f. Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi moral
bangsa.
h. Merebaknya penggunaan NAPZA dikalangan remaja.
i. Belum adanya peraturanm perundangan yang menyangkut
generasi muda.
Dalam rangka memecahkan permasalahan generasi muda diatas,
diperlukan usaha-usaha terpadu, terarah dan berencana dari seluruh potensi
nasional dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek pembangunan.
Organisasi-organisasi pemuda yang telah berjalan baik merupakan potensi yang
siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional.
4.
Potensi-Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
a. Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan
yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar
mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu
dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b. Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka
memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan
untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada
ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
c. Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung
resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu
diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada
usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan,
perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas
yang baik untuk berani mengambil resiko.
d. Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat.
Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya
pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri
dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan
kesadaran disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas
yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah,
secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif,
generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih terbukanya kesempatan
belajar dari generasi pendahulunya.
g. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan
jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman
masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatka
dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda
serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
h. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta
memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena
pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk
membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan
semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan
ketahanan dan pertahanan nasional.
i. Sikap Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan
pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah unsur-unsur
yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai
pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j.
Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam
rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang
lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik
yang maju, maupun yang sederhana.
5.
Tujuan Pokok Sosialisasi
Adapun tujuan pokok
dari sosialisasi adalah :
-
Individu harus diberi ilmu pengetahuan
(ketrampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
-
Individu harus mampu berkomunikasi secara
efektif dan mengembangkan kemampuannya.
-
Pengendalian fungsi-fungsi organik yang
dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
-
Bertingkah laku selaras dengan norma
atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya
dan masyarakat umumnya.
C. Perguruan dan Pendidikan
1.
Pengembangan Potensi Generasi Muda
Berikut ini cara
mengembangkan potensi-potensi yang terdapat di generasi muda
-
Seorang individu harus diberikan ilmu
pengetahuan ataupun skill sesuai minat yang dia miliki terhadap suatu bidang
yang nantinya akan bisa berguna bagi dirinya maupun masyarakat di sekitarnya.
-
Seorang individu harus bisa berperan
aktif dalam berkomunikasi untuk menggali keahlian yang dia miliki.
-
Seorang individu harus di tanamkan rasa
percaya terhadap dirinya sendiri agar tidak merasa minder terhadap kemampuan
yang di milikinya sendiri.
2.
Pengertian Pendidikan dan Perguruan
Tinggi
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Perguruan tinggi adalah satuan
pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi
disebut mahasiswa, sedangkan
tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen.
Menurut jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi 2 :
1.
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan
regulasinya dilakukan oleh Negara
2.
Perguruan tinggi swasta, adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan
regulasinya dilakukan oleh swasta
3.
Alasan Untuk Mengenyam Pendidikan Tinggi
Seorang individu diharuskan
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih dari Pendidikan Tinggi agar semua
ilmu-ilmu yang dia dapatkan bisa lebih sempurna setelah lulus dari Pendidikan
Tinggi sehingga kedepannya diharapkan ilmu-ilmu tersebut dapat berguna bagi
kehidupan individu tersebut dalam bermasyarakat.
Sumber :